Daftar 5 Maskapai Bangkrut yang Mengalami Kondisi Keuangan yang Sulit di Indonesia

maskapai bangkrut

Maskapai Bangkrut di Indonesia – Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, perusahaan maskapai penerbangan Garuda Indonesia telah mencatatkan kerugian finansial yang signifikan. Kerugian terbesar yang dihadapi oleh maskapai bangkrut ini terjadi pada tahun 2021, yang mencapai jumlah sebesar Rp62 triliun.

Namun, pertanyaan yang mengemuka adalah mengenai nasib selanjutnya dari maskapai yang sering disebut sebagai ‘Penguasa Langit’ ini. Apakah Garuda Indonesia mampu bertahan dan kembali ke masa kejayaannya, ataukah mereka harus merasakan pahitnya masuk dalam daftar maskapai yang mengalami kebangkrutan di Indonesia?

Berikut adalah daftar maskapai yang menghadapi tantangan finansial yang serius di Indonesia, dengan satu di antaranya bahkan telah mengalami kebangkrutan karena tidak mampu bersaing dengan masa kejayaan yang pernah dimiliki oleh Garuda Indonesia.

Maskapai Bangkrut Penerbangan yang ada di Indonesia

1. Adam Air

Adam Air, yang dikenal sebagai maskapai penerbangan dengan konsep ‘Low Cost Carrier’, adalah salah satu entitas dalam industri penerbangan Indonesia. maskapai bangkrut ini, yang beroperasi dengan nama lengkap Adam SkyConnection Airlines, didirikan pada tanggal 22 November 2002 oleh Agung Laksono dan Sandra Ang.

Pada akhir tahun 2003, Adam Air memulai layanan operasionalnya dengan mengoperasikan penerbangan ke 20 destinasi domestik dan internasional, termasuk Penang dan Singapura. Pada awal perjalanan bisnisnya, maskapai bangkrut ini menggunakan dua pesawat Boeing 737-400 yang mereka klaim sebagai pesawat baru, meskipun faktanya pesawat tersebut telah berusia 15 tahun.

Adam Air sukses meraih prestasi dalam beberapa tahun pertamanya. Mereka berhasil meningkatkan jumlah penumpang dari 5 juta menjadi 25 juta orang dengan tingkat pemesanan (book rate) mencapai 90 persen. Keberhasilan ini bahkan membawa Adam Air meraih penghargaan sebagai ‘Maskapai Penerbangan Berbiaya Rendah Terbaik Tahun 2006’ dalam acara ‘3rd Annual Asia Pacific and Middle East Aviation Outlook Summit’.

Sayangnya, prestasi cemerlang Adam Air ternoda oleh serangkaian kecelakaan pesawat yang melibatkan beberapa armada mereka. Salah satu kecelakaan paling fatal terjadi pada tanggal 1 Januari 2007, ketika pesawat Boeing 737-4Q8 milik mereka yang membawa 96 penumpang dan enam awak pesawat hilang tanpa jejak.

Akibatnya, standar keselamatan Adam Air menduduki peringkat ketiga dalam penilaian industri, yang mengharuskan mereka untuk secara rutin meninjau kinerja dan aspek keselamatan penumpang setiap tiga bulan. Namun, sayangnya, Adam Air tidak mematuhi sanksi tersebut.

Pada akhirnya, pada tanggal 18 Maret 2008, Departemen Perhubungan Indonesia mencabut izin spesifikasi operasional penerbangan (Operation Specification) dan mencabut izin Sertifikat Operator Pesawat (Aircraft Operator Certificate/AOC) pada tanggal 19 Juni 2008, mengakhiri perjalanan maskapai bangkrut ini di dunia penerbangan.

2. Jatayu Airlines

Jatayu Airlines, juga dikenal dengan nama Jatayu Gelang Sejahtera, adalah sebuah maskapai penerbangan charter yang didirikan pada tahun 2000 oleh Sutinah, pemilik awal perusahaan ini. maskapai bangkrut ini berfokus pada operasional penerbangan domestik dan internasional.

Pada tahun 2000, Jatayu Airlines berhasil meraih sertifikat operator penerbangan, yang dikenal dengan Aircraft Operator Certificate (AOC). Dengan dasar sertifikat ini, Jatayu Airlines memulai perjalanan komersialnya pada tahun 2001.

Namun, kepemilikan Jatayu Airlines berganti tangan ke Wiryanto Lie karena masalah finansial yang dihadapi oleh perusahaan. Wiryanto Lie sendiri merupakan pemilik perusahaan agen perjalanan terbesar di Sumatera Utara, yakni Trophy Tour.

Selama masa kepemilikan oleh Wiryanto, Jatayu Airlines berhasil menstabilkan kondisinya, yang pada gilirannya juga mendorong pertumbuhan usaha agen perjalanan Trophy Tour.

Tahun 2007 menjadi titik balik yang tidak menguntungkan bagi Jatayu Airlines ketika Kementerian Perhubungan mengeluarkan ultimatum kepada perusahaan untuk meningkatkan standar keselamatan mereka. Kementerian memberikan waktu selama tiga bulan kepada perusahaan untuk mengatasi masalah ini.

Sayangnya, Jatayu Airlines tidak menunjukkan upaya yang cukup dalam memperbaiki unsur keselamatan pesawat mereka. Akibatnya, pada tahun 2007, Kementerian Perhubungan mencabut izin operasional maskapai bangkrut ini.

Pada tahun 2008, Jatayu Airlines berhasil mendapatkan kembali lisensi operasionalnya dan memulai kembali operasi sebagai maskapai penerbangan charter. Mereka menjalin kerja sama dengan perusahaan Adam Air untuk mengisi slot penerbangan yang sebelumnya dicabut oleh Kementerian Perhubungan dan diberikan kepada Adam Air.

Namun, pada bulan April 2008, izin operasi Jatayu Airlines sekali lagi dibekukan oleh Kementerian Perhubungan karena ketidakmemenuhi syarat dalam hal jumlah armada minimal yang diwajibkan, yaitu lima pesawat.

Kemudian, pada tanggal 24 Januari 2014, Jatayu Airlines mengganti namanya menjadi New Jatayu Air dengan kode JZ. Pada tahun ini, New Jatayu Air mengoperasikan penerbangan domestik menuju Batam, Bandung, Palembang, dan Batam.

Meskipun berusaha untuk memulihkan citranya dengan nama baru, masalah keamanan yang menghantui Jatayu Airlines tetap melekat pada New Jatayu Air. Akibatnya, maskapai bangkrut ini masuk dalam daftar maskapai yang dilarang beroperasi di Uni Eropa karena alasan keamanan.

3. Batavia Air

Pada tanggal 5 Januari 2002, PT. Metro Batavia memperkenalkan maskapai penerbangan bernama Batavia Air. Ketika pertama kali didirikan, maskapai bangkrut ini memiliki tiga pesawat dalam armadanya, yaitu Fokker F28 dan Boeing 737-200. Batavia Air membidik pasar kelas menengah dengan menawarkan layanan yang berfokus pada standar, bukan tarif murah, dan bukan juga segmen eksekutif.

Setelah meraih sukses dalam penerbangan domestik di Indonesia, Batavia Air memperluas jangkauan operasionalnya ke rute internasional. Pada tahun 2003, maskapai bangkrut ini membuka rute penerbangan dari Jakarta menuju Guangzhou, Jakarta-Pontianak-Kuching, dan Jakarta-Denpasar-Perth.

Perlu dicatat bahwa Batavia Air membanggakan rekam jejaknya dalam menjaga keselamatan penumpang. maskapai bangkrut ini bahkan mampu memperoleh izin operasional di Uni Eropa, yang merupakan sebuah prestasi eksklusif dalam industri penerbangan.

Meskipun dalam sepuluh tahun operasionalnya Batavia Air mengalami delapan insiden kecil, yang tidak menyebabkan korban jiwa (zero accident), sayangnya faktor yang memicu kebangkrutan maskapai bangkrut ini adalah akumulasi hutang yang tak teratasi. Akhirnya, pengadilan memutuskan Batavia Air harus menghadapi kebangkrutan yang tak terduga, meski bukan akibat dari masalah keselamatan penumpang atau insiden kecelakaan.

4. Merpati Nusantara Airlines

PT Merpati Nusantara Airlines, sebuah perusahaan yang pernah menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor penerbangan regional Indonesia, mengoperasikan maskapai penerbangan yang dikenal sebagai Merpati Airlines.

Pada tanggal 6 September 1962, Pemerintah Indonesia mendirikan PT Merpati Nusantara Airlines dengan nama ‘PN Merpati Nusantara’. Perusahaan ini menyediakan layanan penerbangan regional dan memulai perjalanan dengan empat unit pesawat De Havilland Canada DHC-3 Otter dan dua unit Douglas DC-3 yang diberikan oleh TNI AU.

Pada tahun 1963, Merpati Airlines mulai melayani rute penerbangan seperti Jakarta-Semarang, Tanjung Karang, dan Balikpapan. Dalam tahun berikutnya, yakni pada tahun 1964, Garuda Indonesia memberikan hibah pesawat kepada Merpati Airlines, termasuk tiga unit Douglas DC-3, dua unit DHC-3 Otter, dan satu unit DHC-2 Beaver.

Dengan pertambahan armada tersebut, Merpati Airlines merambah jalur penerbangan ke Irian Barat, Sumatera, dan Nusa Tenggara. Namun, pada tahun 1967, pemerintah daerah mengurangi subsidi kepada Merpati dengan keyakinan bahwa maskapai bangkrut ini bisa berdiri secara mandiri. Sayangnya, perkiraan tersebut tidak terbukti benar dan justru menimbulkan masalah finansial bagi Merpati.

Pada tahun 1978, pemerintah memutuskan untuk menyerahkan seluruh saham PT Merpati Nusantara Airlines ke Garuda Indonesia. Seiring dengan perubahan kepemilikan ini, nama perusahaan diganti menjadi PT Merpati Nusantara Airlines.

Meskipun berada di bawah bendera Garuda Indonesia dan menerima sejumlah sumbangan pesawat, Merpati Airlines terus menghadapi tantangan finansial yang serius. Akhirnya, pada tanggal 1 Februari 2014, Merpati Airlines resmi menghentikan operasionalnya karena kesulitan keuangan yang mengakibatkan utang mencapai Rp10,95 triliun.

5. Indonesian Airlines

Indonesian Airlines, salah satu maskapai penerbangan yang mengalami kebangkrutan di Indonesia, pertama kali berdiri pada tahun 1999 dengan pendiriannya yang digagas oleh Rudy Setyopurnomo. maskapai bangkrut ini memulai operasionalnya pada bulan Maret 2001.

Pada tanggal 24 Maret 2002, Indonesian Airlines memulai layanan penerbangan dengan membuka rute Jakarta-Surabaya. Pada saat itu, maskapai bangkrut ini mengoperasikan dua unit pesawat Boeing 737-300 sebagai jenis armada yang digunakan.

Rudy Setyopurnomo, seorang alumnus dari Harvard dan Massachusetts Institute of Technology, juga mantan teknisi Garuda Indonesia. Dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman tersebut, ia bermaksud untuk mengaplikasikan seluruh pengetahuan yang diperolehnya dari Garuda Indonesia ke dalam Indonesian Airlines. Bahkan, Rudy menerapkan konsep yang serupa dengan Garuda Indonesia, namun menawarkan harga tiket yang lebih terjangkau dengan diskon sebesar 10 persen serta promosi yang sangat menggiurkan.

Selama masa operasionalnya, Indonesian Airlines membuka rute penerbangan regional yang menghubungkan Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, dan Denpasar. maskapai bangkrut ini berhasil membangun reputasi yang baik di mata masyarakat Indonesia dan hampir tidak menghadapi kendala berarti.

Pada tahun 2003, Indonesian Airlines bahkan memperluas armadanya dengan menambah satu unit pesawat Boeing 727-300 dan dua unit Boeing 747-300 yang secara khusus diperuntukkan untuk penerbangan haji.

Namun, upaya dan niat baik tersebut harus berakhir dengan pilu karena Indonesian Airlines akhirnya dinyatakan bangkrut pada tahun 2003, sebuah akhir tragis bagi maskapai yang sebelumnya menjanjikan.