5 Tindakan Strategis Guru dalam Upaya Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

pencegahan bullying

Pencegahan Bullying di Sekolah – Dalam seringnya insiden penindasan atau bullying yang terjadi di kalangan siswa, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim telah mengungkapkan, berdasarkan hasil Asesmen Nasional (AN) tahun 2021 dan 2022 atau Rapor Pendidikan 2022 dan 2023, sekitar 24,4 persen peserta didik mengalami berbagai bentuk perlakuan bullying.

Kenyataan ini menggarisbawahi bahwa anak-anak masih menghadapi risiko menjadi korban bullying dalam beragam wujud, mulai dari bullying fisik, bullying verbal, bullying relasional, hingga bullying online (cyberbullying).

Menyikapi isu ini, Uswatun Hasanah, seorang Dosen di bidang Keperawatan Jiwa Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, menyampaikan pandangannya bahwa Bullying dapat muncul dalam berbagai bentuk, seperti intimidasi, ejekan, bahkan tindak kekerasan fisik yang dapat mengakibatkan hilangnya nyawa korban.

cara pencegahan bullying
cara pencegahan bullying

Uswatun menekankan bahwa ketika siswa berada di dalam lingkungan sekolah, guru memiliki peran sentral dalam pemantauan dan pengawasan mereka. Guru memiliki frekuensi interaksi yang tinggi dengan siswa, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

Dalam upaya mengatasi dan pencegahan Bullying, Uswatun berbagi sejumlah tips yang dapat diterapkan oleh para guru di seluruh lingkungan sekolah.

Tindakan Penting Guru dalam Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

  1. Kepekaan Terhadap Lingkungan

    Langkah pertama yang perlu diambil adalah menjadi seorang guru yang cermat dan peka terhadap situasi di sekitar. Guru harus memiliki kesadaran bahwa realitas yang tampak mungkin belum tentu mencerminkan realitas sebenarnya. Dalam banyak kasus, tanda-tanda bullying, baik yang dilakukan oleh pelaku maupun yang dialami oleh korban, seringkali bersifat tersirat. Oleh karena itu, guru perlu memiliki kemampuan khusus dalam mengidentifikasi perilaku bullying di antara peserta didiknya.

    Penting untuk diingat bahwa bullying dapat terjadi pada siapa pun, termasuk siswa yang terlihat sebagai individu yang berprestasi dan berperilaku baik sehari-hari, maupun siswa yang tampak pendiam. Guru juga harus memahami bahwa bullying sering terjadi di tempat-tempat yang kurang pengawasan, seperti area toilet atau bagian belakang sekolah.

  2. Tanda-Tanda Awal bullying

    Tindakan kedua yang harus dilakukan adalah meningkatkan kewaspadaan terhadap tanda-tanda awal perilaku bullying. Sebagai seorang guru, mengawasi sejumlah siswa dalam satu waktu bisa menjadi tugas yang menuntut banyak energi, waktu, perhatian, dan bahkan emosi. Meskipun demikian, ini adalah langkah yang dapat diambil.

    Perilaku-perilaku kecil yang sering dianggap sebagai candaan atau hal yang sepele dapat menjadi indikator awal adanya bullying jika tidak ditindaklanjuti secara serius. Misalnya, mata tajam yang ditujukan hanya kepada satu siswa, tawa-tawa bersama yang meledek teman, atau penggunaan panggilan ejekan atau nama dari orangtua saat memanggil teman, hingga perilaku mengabaikan, menguntit, meminjam barang dan tidak mengembalikannya, atau merusak barang milik teman.

    pencegahan bullying di sekolah
    pencegahan bullying di sekolah

    Penting untuk dicatat bahwa beberapa perilaku tersebut mungkin tidak secara eksplisit menunjukkan bullying, tetapi penelitian menunjukkan bahwa perilaku-perilaku semacam itu dapat menjadi cikal bakal dari bullying. Oleh karena itu, guru yang tegas dalam mengambil tindakan untuk menghentikan perilaku semacam ini dapat meminimalisir kemungkinan terjadinya bullying yang lebih serius.

  1. Sikap Kepedulian yang Berkelanjutan

    Sebagai langkah ketiga, guru harus memperlihatkan sikap yang lebih peduli dan merespons isu bullying secara serius. Ketika terdapat indikasi bahwa seorang siswa melakukan intimidasi terhadap siswa lainnya, guru harus menganggapnya sebagai hal yang sangat serius.

    Guru dapat mencoba mengklarifikasi kepada pelaku bahwa perilaku tersebut merupakan bentuk kekerasan psikis, sambil memberikan pemahaman akan konsekuensi yang akan dihadapinya jika perilaku tersebut diulangi. Sebaliknya, ketika seorang siswa menceritakan pengalaman sebagai korban, guru sebaiknya menunjukkan perhatian, fokus, dan mendengarkan dengan penuh perhatian.

    Dalam situasi ini, guru seharusnya juga mampu menunjukkan empati, memberikan dukungan, menyajikan solusi, serta berkomitmen untuk menindaklanjuti proses penyelesaian kasus bullying secara adil dan netral, tanpa memihak, hingga ditemukan bukti konkret terkait peristiwa bullying.

  2. Menciptakan Ruang Kelas Aman

    Sebagai langkah keempat, langkah awal adalah menciptakan ruang kelas yang aman. Konsep ruang kelas yang aman tidak hanya berarti fisik aman untuk kegiatan belajar mengajar, tetapi juga melibatkan aspek interpersonal yang lebih dalam.

    Ini mencakup terwujudnya rasa saling menghormati antar siswa, terjalinnya ikatan kepedulian dan saling dukung, serta adanya suasana yang memungkinkan siswa untuk mengungkapkan pemikiran dan perasaan mereka tanpa rasa takut. Dalam konteks ini, siswa juga harus merasa nyaman untuk mengungkapkan diri ketika menyaksikan tindakan bullying, menjadi korban, atau bahkan untuk menentang tindakan bullying.

    Guru memiliki peran penting dalam memfasilitasi hubungan dan kedekatan antara siswa, sehingga mereka merasa terhubung satu sama lain dan lebih siap dalam menghadapi tindakan bullying. Di samping itu, guru bisa menyediakan dokumen yang menegaskan sikap anti-bullying yang ditandatangani oleh seluruh siswa, yang dapat mendukung terciptanya lingkungan kelas yang aman. Dalam dokumen ini, penting untuk mencantumkan konsekuensi yang bersifat mendidik bagi siswa yang melanggar serta prosedur penyelesaian masalah yang jelas.

  3. Keterlibatan Orang Tua dalam Upaya Pencegahan Bullying

    Sebagai langkah terakhir, guru diharapkan untuk secara proaktif melibatkan orang tua dalam usaha pencegahan bullying. Ketika terjadi kejadian yang menunjukkan indikasi perilaku bullying, adalah bijaksana bagi guru untuk memberitahukan hal ini kepada orang tua baik dari pelaku maupun korban.

    Guru sebaiknya menyampaikan kronologi lengkap kejadian tersebut, sehingga orang tua memiliki pemahaman yang mendalam mengenai situasi tersebut. Dengan demikian, di lingkungan rumah, orang tua dapat memainkan peran yang sangat penting dalam membimbing anak-anak mereka tentang perilaku yang sehat dan positif serta memberikan arahan yang sesuai.

    Dengan melibatkan orang tua dalam penyelesaian kasus bullying, tercipta kerjasama yang harmonis antara sekolah dan keluarga dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan mendukung bagi seluruh siswa.