8 Startup Bangkrut di Indonesia yang Pernah Mendapat Sorotan, Kini Berakhir

startup bangkrut

Startup Bangkrut di Indonesia – Keberadaan nama yang telah dikenal di ranah industri startup belum tentu menjauhkan entitas tersebut dari risiko kebangkrutan. Faktanya, beberapa startup bangkrut ternama di Indonesia, seperti Fabelio, Airy Room, dan JD.ID, telah mengalami nasib yang kurang menguntungkan dan terpaksa harus mengakhiri perjalanan bisnis mereka.

Daftar Startup Bangkrut di Indonesia

Berbagai alasan yang beragam turut mewarnai kisah kebangkrutan ini, salah satunya adalah gejolak yang terjadi pada pasar akibat pandemi Covid-19 yang telah merambah hampir semua sektor ekonomi. Berikut adalah daftar lengkap dari delapan startup bangkrut ternama yang akhirnya harus menyerahkan keberadaan mereka:

1. Airy Rooms

Airy Rooms resmi menghentikan operasionalnya pada tanggal 31 Mei 2020. Keputusan ini tidak lepas dari perubahan signifikan dalam kondisi industri yang berbeda secara drastis sejak munculnya pandemi. Sebelum merebaknya pandemi Covid-19, bisnis aggregator hotel ini sedang dalam puncak popularitasnya. Mereka bekerja sama dengan pemilik berbagai jenis akomodasi mulai dari hotel hingga motel kecil untuk menyajikan beragam pilihan tempat menginap melalui platform online mereka.

CEO Airy Rooms Indonesia, Louis Alfonso Kodoatie, menjelaskan bahwa keputusan untuk mengakhiri bisnis ini merupakan hasil dari pertimbangan matang. Salah satu faktor utama adalah kondisi pasar yang mengalami gejolak yang signifikan akibat pandemi Covid-19, yang berdampak langsung pada kinerja bisnis mereka.

Selain Airy Rooms, masih ada tujuh startup bangkrut lainnya yang mengalami nasib serupa. Kesulitan yang dihadapi oleh startup-startup ini menjadi pelajaran berharga bagi seluruh ekosistem startup di Indonesia untuk terus beradaptasi dan berkembang di tengah perubahan yang dinamis dalam dunia bisnis.

2. Fabelio

Fabelio, startup yang bergerak dalam desain furnitur dan interior, telah dinyatakan bangkrut. Pengumuman ini datang melalui pemberitaan resmi di surat kabar, mengacu pada keputusan Pengadilan Niaga Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.47/Pdt.Sus-PKPU/2022/PN.Niaga.JKT.PST yang dikeluarkan pada tanggal 5 Oktober 2022. Putusan tersebut memutuskan untuk memberlakukan status pailit terhadap PT. Kayu Raya Indonesia, perusahaan di balik merek Fabelio.

Sementara itu, pada akhir tahun 2021, Fabelio juga menjadi sorotan karena dugaan ketidakmampuannya untuk membayar gaji karyawan sejak bulan Oktober. Perusahaan ini juga dituduh tidak memenuhi kewajibannya dalam membayar iuran BPJS Ketenagakerjaan karyawan sejak tahun 2020, sementara tetap mengurangi dana dari gaji karyawan dan diduga memaksa beberapa pegawai untuk mengundurkan diri melalui intervensi dari suatu organisasi massa tertentu.

3. JD.ID

JD.ID secara resmi mengumumkan penutupan seluruh layanannya mulai 31 Maret 2023. Pengumuman ini pertama kali ditemukan di laman resmi JD.ID, yang diterbitkan ketika pengguna membuka platform e-commerce tersebut. Keputusan ini diambil sebagai bagian dari strategi JD.COM untuk fokus pada pengembangan pasar internasional, dengan penekanan pada pembangunan jaringan rantai pasok lintas-negara, yang memiliki logistik dan pergudangan sebagai salah satu komponen intinya.

Head of Corporate Communications & Public Affairs JD.ID, Setya Yudha Indraswara, secara resmi mengonfirmasi penutupan layanan pada 31 Maret 2023. Selanjutnya, dalam laman resmi mereka, JD.ID akan menghentikan penerimaan pesanan per tanggal 15 Februari 2023.

4. Sorabel

Pada tanggal 30 Juli 2020, Sorabel secara resmi mengakhiri operasinya. Sebuah surat dari pemimpin perusahaan kepada seluruh karyawan diumumkan, yang mengungkapkan bahwa startup e-commerce tersebut telah mengupayakan segala cara untuk mempertahankan eksistensinya, namun akhirnya harus mengambil keputusan berat untuk melakukan proses likuidasi.

sorabel startup bangkrut
sorabel startup bangkrut

Dalam surat tersebut, disebutkan, “Oleh karena jalur likuidasi yang kami pilih, semua hubungan kerja harus diakhiri pada tahap ini, tanpa pengecualian, dan akan efektif berlaku mulai tanggal 30 Juli 2020. Kami sadar bahwa tidak ada satu pun dari kita yang mengharapkan situasi ini terjadi.”

Kabar mengenai penutupan Sorabel ini berkaitan dengan masalah keuangan, di mana perusahaan mengalami kehabisan modal dan kesulitan untuk mendapatkan pendanaan baru, terutama di tengah pandemi yang berkepanjangan hingga startup bangkrut.

5. Stoqo

Pada tahun 2020, Stoqo juga mengumumkan penutupan layanannya. Startup yang berfokus pada bisnis ke bisnis ini bertujuan untuk menyediakan bahan makanan segar seperti cabai, telur, dan ampas kopi kepada gerai makanan dan restoran.

Pandemi Covid-19 menjadi faktor utama yang mengakibatkan akhir dari operasional Stoqo. Pada tanggal 22 April 2020, menjadi hari terakhir Stoqo beroperasi. Sehari sebelum penutupan ini, manajemen perusahaan telah mengumpulkan karyawan untuk memberikan pemberitahuan resmi mengenai penghentian operasional Stoqo.

Selama perjalanannya, Stoqo telah mempekerjakan sekitar 250 orang sejak didirikan. Startup ini juga mendapat dukungan dari berbagai investor, termasuk Alpha JWC Ventures, Mitra Accel, Insignia Ventures Partners, dan Monk’s Hill Ventures.

6. Qlapa

Penutupan Qlapa, startup dengan latar belakang berbeda dari dua startup sebelumnya, bukanlah dampak dari pandemi. Pada tahun 2019, perusahaan ini harus menghentikan operasionalnya karena ketidakmampuannya untuk bersaing dengan pemain e-commerce lainnya seperti Tokopedia dan Bukalapak, serta pesaing-pesaing sejenis.

Manajemen Qlapa merilis pernyataan resmi melalui situs resminya, yang mencatat, “Hampir 4 tahun yang lalu, kami memulai Qlapa dengan misi untuk memberdayakan perajin lokal. Perjalanan kami penuh lika-liku, dan kami menghargai dukungan yang luar biasa dari para penjual, pelanggan, dan media. Kami merasa terhormat atas tanggapan positif yang telah kami terima.”

7. CoHive

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah memutuskan untuk menjatuhkan status pailit kepada CoHive, startup yang bergerak dalam penyediaan ruang kerja bersama (co-working space). Keputusan ini didasarkan pada Putusan Pengadilan Niaga Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan nomor Register No: 231/Pdt.Sus-PKPU/2022/PN.Jkt.Pst, yang dikeluarkan pada tanggal 18 Januari 2023.

CoHive didirikan pada tahun 2015 sebagai proyek internal perusahaan modal ventura East Ventures, awalnya dikenal dengan nama EV Hive, yang berfungsi sebagai lokasi kerja bersama dan komunitas bagi perusahaan rintisan, termasuk perusahaan dalam portofolio mereka. EV Hive mengoperasikan dua lokasi ruang kerja, yakni di Jakarta Selatan dan BSD.

Pada tahun 2017, kepemilikan CoHive beralih kepada Jason Lee, Carlson Lau, dan Ethan Choi, yang kemudian mengubah nama perusahaan menjadi Cocowork, dan kemudian menjadi CoHive. Setelah perubahan kepemilikan dan mendapatkan pendanaan seri B dari berbagai investor, termasuk Insignia Ventures, CoHive melakukan ekspansi yang agresif di berbagai lokasi dan kota.

Hingga bulan Desember 2020, CoHive telah mengoperasikan 30 lokasi dengan total luas area mencapai 60.000 meter persegi, tersebar di Jakarta, Medan, Yogyakarta, dan Surabaya.

8. Beres.id

Kaodim, startup asal Malaysia yang bergerak dalam penyediaan layanan marketplace untuk menghubungkan konsumen dengan penyedia jasa servis seperti AC, kebersihan rumah, dan pekerja konstruksi, telah mengumumkan rencananya untuk mengakhiri seluruh operasi layanannya pada tanggal 1 Juli 2022. Penutupan ini juga mencakup anak perusahaan mereka di Indonesia, yaitu Beres.id.

beres id startup bangkrut
beres id startup bangkrut

Kaodim memiliki jangkauan internasional, dengan operasional di berbagai negara, termasuk Kaodim.sg di Singapura dan Gawin.ph di Filipina. Semua anak perusahaan ini juga harus menghentikan operasionalnya pada bulan berikutnya.

Sejak berdiri pada tahun 2015, Kaodim berhasil mengumpulkan pendanaan sebesar US$17,6 juta. Keputusan mereka untuk mengakhiri operasionalnya mencerminkan dinamika yang terjadi di dunia startup dan perubahan strategis yang diambil oleh perusahaan tersebut.