Sate Ambal Kebumen, Sambal Tempenya Membuat Ketagihan

Sate Ambal Kebumen

Kebumen menawarkan berbagai masakan khasnya salah satu dari semua sajian makanan daerahnya ialah sate ambal yang terkenal hingga penjuru jawa.

Para kebanyakan pedagang sate hanya orang madura saja namun beda kalau kita mampir dikebumen, disini anda juga disuguhi dengan berbagai macam sate di jajaran tepi jalan.

Khasnya terletak pada bumbu yang enak dan lezat serta rasanya yang gurih menambah cita rasa masakannya.

Ketika anda berlibur ke Kebumen, Wajib mencicipi salah satu olahan ini agar kegiatan berlibur semakin lengkap rasanya.

Kebumen mengisi salah satu relung hati saya dengan kenangan yang menyenangkan.

Penduduknya yang ramah, lingkungan yang masih asri, sungai-sungai yang jernih alami, tempat wisatanya, dan makanannya yang enak.

Jika saya ke Kebumen lagi, satu yang tak akan lewatkan adalah sarapan pagi dengan menu sate ambal. Di kampung asal saya, Cepu, saya terbiasa sarapan nasi pecel, sedangkan sate ayam umumnya untuk lauk makan malam.

Namun di Kebumen, saya senang mengawali hari dengan menyantap sate ambal.

Baca : Makanan Khas Kalimantan Timur, Mau Nyoba?

Nama Ambal kemungkinan diambil dari nama kecamatan dimana sate yang unik ini berasal.

Kecamatan Ambal terletak di Kebumen selatan dan dekat dengan pesisir laut.

Terhitung ada 100an warung sate sekarang ini di Ambal, bahkan warung-warung sate ambal juga sudah menyebar di berbagai kota lain.

Favorit saya adalah warung paling terkenal, warung Pak Kasman di Desa Pucangan yang buka 24 jam.

sate ambal yang enak

Warung ini termasuk yang tertua, buka sejak tahun 70an. Waktu itu, tahun 2015, harganya cuma 20 ribu untuk sepiring ketupat dengan 10 tusuk sate. Kalau tidak pakai ketupat harganya 15 ribu.

Sate ambal ini keunikannya terletak di sambalnya yang berbahan utama tempe dan gula merah.

Tempe, gula merah, dan bumbu-bumbu dihaluskan lalu dimasak menjadi sambal yang agak kental.

Kebumen sendiri termasuk penghasil gula merah berkualitas, Ibu saya kalau ke Kebumen sering beli gula merah untuk dibawa pulang.

Baca : Kapan Lihat Sunrise Bareng Lagi Di Bantul?

Awalnya saya mengira sate ambal menggunakan kecap, apalagi di kebumen ada pabrik kecap enak cap Kencana. Tapi ternyata penggunaan kecap digantikan oleh gula merah.

Satenya sendiri mirip sate ayam lainnya, tusukan daging ayam yang dipotong kecil-kecil.

Hanya saja sebelum dibakar sate di-marinate dengan campuran bumbu tertentu selama 20-30 menit. Ayam yang digunakan adalah ayam kampung.

Sedangkan ketupatnya, saya tidak sempat bertanya, tapi saya menduga yang digunakan adalah ketupat landan.

Karena teksturnya yang kenyal, warnanya kecoklatan dan rasanya ada gurihnya.

Ketupat landan sendiri adalah ketupat yang direbus dengan air abu merang (landa merang) dan banyak terdapat di tlatah ngapak.

Gabungan sate, ketupat, dan sambal tempe, wuih jangan ditanya bagaimana enaknya.

Saya tak cukup seporsi jika makan sate ambal. Sambalnya berasa tempenya, gurih dan manis sedap. Mengingatkan saya pada sambal tumpang meski citarasanya berbeda.

Kenyang makan sate ambal, paling enak leyeh-leyeh sambil moci. Ngeteh menggunakan poci dan cangkir tanah liat dengan gula merah.

Sambil ngemil lanting, tapi jangan lanting kontemporer yang rasanya macam-macam itu, saya lebih suka yang original karena nuansa nostalgianya mengena.